Tanda baca dalam abjad Arab, yang dikenal sebagai harakat, memiliki peran penting dalam memudahkan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Harakat memberikan panduan yang jelas tentang cara melafalkan setiap huruf hijaiyah dengan benar, sehingga pembaca dapat memahami makna ayat yang dibaca dengan tepat. Tanpa harakat, pembacaan Al-Qur’an bisa menjadi sulit karena setiap huruf hijaiyah adalah konsonan yang memerlukan tanda vokal untuk menentukan bunyinya.
Dalam literatur Islam, seperti yang dijelaskan dalam buku Quran Hadist karya Asep B.R. dan 1 ½ Jam Lancar Membaca Al-Qur’an oleh Ahmad Junaeni, harakat adalah bagian esensial dari tata cara pembacaan huruf hijaiyah. Harakat terdiri dari beberapa jenis, masing-masing dengan fungsi spesifik dalam menentukan bunyi dan pengucapan huruf. Berikut adalah penjelasan lebih mendetail mengenai setiap jenis harakat dan fungsinya dalam membaca Al-Qur’an.
Daftar Isi
1. Fathah ( ﹷ )
Fathah merupakan salah satu tanda baca yang paling sering digunakan dalam Al-Qur’an. Tanda fathah ditulis sebagai garis kecil yang diletakkan di atas huruf hijaiyah dan memberikan bunyi “a” pada huruf tersebut. Ketika fathah digunakan, pembaca harus membuka bibirnya saat melafalkan bunyi huruf tersebut.
Contoh Penggunaan:
Pada kata “مَاء” (maa’), huruf “م” (mim) memiliki tanda fathah di atasnya. Tanda ini menunjukkan bahwa huruf tersebut dilafalkan dengan bunyi “a”, sehingga kata tersebut dibaca sebagai “maa’.”
Selain fathah, terdapat juga tanda yang disebut fathatain ( ً- ), yaitu dua garis fathah sejajar yang ditempatkan di atas huruf. Fathatain menambahkan bunyi “an” pada akhir kata. Misalnya, pada kata “كَتَبًا” (kataban), huruf “ب” (ba) memiliki tanda fathatain, sehingga kata tersebut diucapkan sebagai “kataban.”
Fungsi Fathah:
- Menentukan bahwa huruf yang diberi fathah dilafalkan dengan bunyi “a.”
- Memberikan petunjuk pada pembaca untuk membuka mulut saat mengucapkan huruf dengan fathah.
- Fathatain memberikan tambahan bunyi “an” pada kata yang mengandung tanda ini.
Perlu Ayah Bunda ketahui, Kelanakids juga memilik produk worksheet bertema muslim seperti berikut ini:
2. Kasrah ( ِ- )
Kasrah adalah harakat yang digunakan untuk memberikan bunyi “i” pada huruf hijaiyah. Tanda kasrah berbentuk garis kecil yang ditempatkan di bawah huruf. Saat mengucapkan kasrah, bibir pembaca harus sedikit mengarah ke bawah untuk menghasilkan bunyi “i.”
Contoh Penggunaan:
Pada kata “كِتَابٍ” (kitabin), huruf kedua “ت” (ta) memiliki tanda kasrah di bawahnya, sehingga kata tersebut dilafalkan sebagai “kitabin.” Kasrah membantu pembaca untuk memberikan bunyi “i” pada huruf yang diikuti oleh tanda ini.
Fungsi Kasrah:
- Menentukan bahwa huruf hijaiyah dibaca dengan bunyi “i.”
- Mengarahkan bibir pembaca untuk sedikit ke bawah saat melafalkan bunyi ini.
- Kasratain, bentuk ganda dari kasrah, menghasilkan bunyi “in” pada akhir kata.
[ Baca Juga: Cara Menulis Huruf Hijaiyah yang Mudah untuk Anak ]
3. Dhamah ( ُ- )
Dhamah adalah tanda baca yang menambahkan bunyi “u” pada huruf hijaiyah. Tanda ini berbentuk garis melengkung kecil yang ditempatkan di atas huruf. Saat melafalkan dhamah, bibir pembaca harus sedikit maju ke depan untuk menghasilkan bunyi “u.”
Contoh Penggunaan:
Pada kata “بُوْرُوْ” (buuru), huruf kedua “و” (waw) memiliki tanda dhamah di atasnya, sehingga dilafalkan sebagai “buuru.” Tanda dhamah memberikan panduan penting dalam membaca huruf hijaiyah dengan bunyi “u.”
Fungsi Dhamah:
- Menentukan bahwa huruf hijaiyah dilafalkan dengan bunyi “u.”
- Membantu pembaca mengarahkan bibir sedikit ke depan untuk menghasilkan bunyi vokal yang benar.
- Dhamatain, bentuk ganda dari dhamah, memberikan bunyi “un” pada akhir kata.
4. Kasratain ( ٍٍ- )
Kasratain adalah bentuk ganda dari kasrah, yang terdiri dari dua garis sejajar yang ditempatkan di bawah huruf. Tanda ini memberikan bunyi “in” pada akhir kata dan sering kali memiliki nada mendengung saat dilafalkan.
Contoh Penggunaan:
Pada kata “كِتَابِيْنِ” (kitabini), huruf terakhir “ن” (nun) memiliki tanda kasratain di bawahnya, sehingga kata tersebut dibaca sebagai “kitabini.” Tanda kasratain menambahkan bunyi “in” pada akhir kata, memberikan petunjuk pelafalan yang tepat.
Fungsi Kasratain:
- Menentukan bahwa akhir kata dilafalkan dengan bunyi “in.”
- Membantu pembaca mengenali huruf yang memerlukan bunyi mendengung di akhir kata.
[ Baca Juga: Menyiapkan Anak Menghadapi Ramadhan : Target dan Kiat Sukses ]
5. Dhamatain ( ٌ- )
Dhamatain adalah bentuk ganda dari dhamah, yang ditandai dengan dua tanda dhamah beralis di atas huruf hijaiyah. Tanda ini memberikan bunyi “un” pada akhir kata. Pengucapan tanda dhamatain biasanya juga memiliki nada mendengung.
Contoh Penggunaan:
Pada kata “سُورٌ” (surun), huruf ketiga “ر” (ra) memiliki tanda dhamatain di atasnya, sehingga kata tersebut dilafalkan sebagai “surun.” Dhamatain memberikan tambahan bunyi “un” pada kata, yang menjelaskan cara pengucapan yang benar.
Fungsi Dhamatain:
- Menentukan bahwa akhir kata dilafalkan dengan bunyi “un.”
- Membantu pembaca dalam membedakan antara tanda dhamah biasa dan dhamatain.
6. Tasydid ( ّ- )
Tasydid adalah tanda baca yang memberikan instruksi bahwa huruf hijaiyah harus dilafalkan secara ganda atau ditekan. Tanda tasydid ditempatkan di atas huruf dan memberikan petunjuk bahwa huruf tersebut harus diucapkan dengan penekanan lebih kuat atau diulang dua kali.
Contoh Penggunaan:
Pada kata “مَرّ” (marr), huruf kedua “ر” (ra) memiliki tanda tasydid di atasnya, sehingga dilafalkan sebagai “marr.” Tanda tasydid menginstruksikan pembaca untuk melafalkan huruf tersebut dua kali, memberikan efek pengucapan yang lebih kuat.
Fungsi Tasydid:
- Menandakan bahwa huruf harus dilafalkan secara ganda atau dengan penekanan.
- Memberikan panduan untuk pengucapan yang lebih kuat dan jelas dalam pembacaan Al-Qur’an.
[ Baca Juga: 13 Cara Efektif Belajar Membaca Untuk Anak TK dan PAUD ]
7. Sukun ( ْ- )
Sukun adalah tanda baca yang menunjukkan bahwa huruf hijaiyah tersebut mati, atau tidak diikuti oleh vokal. Tanda ini diletakkan di atas huruf, dan huruf yang diberi tanda sukun tidak memiliki bunyi vokal tambahan.
Contoh Penggunaan:
Pada kata “كِتَابْ” (kitab), huruf terakhir “ب” (ba) memiliki tanda sukun di atasnya, sehingga dilafalkan sebagai “kitab.” Tanda sukun menegaskan bahwa huruf tersebut tidak diikuti oleh bunyi vokal, sehingga memberikan petunjuk untuk mengakhiri bunyi secara tegas.
Fungsi Sukun:
- Menunjukkan bahwa huruf hijaiyah tidak diikuti oleh vokal tambahan.
- Membantu pembaca memahami kapan huruf harus diucapkan sebagai huruf mati.
Kesimpulan
Harakat atau tanda baca dalam abjad Arab memainkan peran penting dalam memandu pelafalan huruf hijaiyah dengan benar, terutama dalam pembacaan Al-Qur’an. Setiap harakat memberikan petunjuk yang spesifik tentang bunyi vokal yang harus digunakan, mulai dari bunyi “a,” “i,” “u,” hingga pengucapan ganda atau tanpa vokal. Dengan memahami fungsi setiap harakat, pembaca dapat melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tepat dan sesuai dengan tata cara yang benar.